Kajian Spesial Nuzulul Qur’an: “Al-Qur’an Sebagai Pedoman dan Lentera Dalam Kehidupan”

Bulan suci Ramadan adalah saat terbaik untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Mari hadir dalam Kajian Spesial Memperingati Nuzulul Qur’an bersama Ust. Mukhdor Atim, yang akan membahas bagaimana Al-Qur’an menjadi pedoman dan lentera dalam kehidupan kita.

📅 Minggu, 16 Maret 2025
🕰 19.30 WIB (Ba’da Salat Tarawih)
📍 Masjid Besar Baiturrahman Genteng – Banyuwangi

Peristiwa Penting di 17 Ramadan

Tanggal 17 Ramadan adalah hari yang sangat istimewa dalam sejarah Islam, karena pada hari ini Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril di Gua Hira. Wahyu pertama yang diterima Nabi adalah Surah Al-Alaq ayat 1-5, yang berisi perintah untuk membaca dan menuntut ilmu sebagai bentuk ibadah kepada Allah. 

Peristiwa ini menjadi awal dari petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia, membawa cahaya kebenaran dan mengarahkan manusia menuju jalan yang lurus. Hikmah dari turunnya Al-Qur’an ini mengajarkan bahwa ilmu dan petunjuk dari Allah adalah sumber kebijaksanaan yang harus kita jadikan pedoman dalam menjalani kehidupan. Al-Qur’an tidak hanya sekadar bacaan, tetapi harus dipahami dan diamalkan agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.  

Meninggalnya Sayyidah Aisyah RA

Selain turunnya Al-Qur’an, 17 Ramadan juga menjadi hari wafatnya Ummul Mukminin, Siti Aisyah RA, seorang wanita cerdas yang banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW. Siti Aisyah dikenal karena kecerdasannya, kesabaran, dan perannya dalam menyebarkan ilmu agama. 

Dari kisah hidupnya, kita belajar bahwa perempuan memiliki peran penting dalam menyebarkan ilmu dan kebaikan. Hikmah yang bisa kita petik adalah pentingnya menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan, serta bagaimana ilmu dapat menjadi cahaya bagi kehidupan dan memberi manfaat bagi banyak orang.  

Siti Aisyah RA adalah salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis, dengan lebih dari 2.200 hadis yang tercatat dalam berbagai kitab. Dari jumlah tersebut, 297 hadis terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, serta 174 hadis mencapai derajat muttafaq ‘alaih, yaitu disepakati keshahihannya oleh kedua imam tersebut. Para ahli hadis juga menempatkan Siti Aisyah di posisi kelima sebagai perawi hadis terbanyak setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas. 

Hal ini menunjukkan betapa luas ilmunya dan betapa besar perannya dalam menjaga serta menyebarkan ajaran Islam. Ia memiliki ingatan yang sangat kuat dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam, sehingga sering menjadi rujukan para sahabat dan ulama dalam memahami hukum-hukum agama. 

Bahkan, setelah wafatnya Rasulullah SAW, banyak sahabat yang datang kepadanya untuk meminta penjelasan tentang ajaran Islam. Keistimewaan lainnya, Siti Aisyah juga berperan dalam bidang kedokteran dan ilmu kesehatan, di mana ia memahami berbagai pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW. Dari sini, kita bisa belajar bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan bahwa perempuan memiliki peran besar dalam menjaga, menyebarkan, dan mengembangkan ilmu demi kebaikan umat.

Menurut pendapat mayoritas ulama, Siti Aisyah RA wafat pada malam Selasa, 17 Ramadan tahun 58 Hijriyah setelah menunaikan salat witir. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa beliau meninggal pada tahun 57 Hijriyah dalam usia 63 tahun lebih beberapa bulan. Kepergiannya membawa duka mendalam bagi umat Islam, sehingga banyak sahabat Anshar dan penduduk Madinah yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Hari itu menjadi salah satu hari dengan jumlah pelayat terbanyak, menunjukkan betapa besar kecintaan dan penghormatan umat Islam terhadap beliau.

Perang Badar

Pada 17 Ramadan 2 H, terjadi Perang Badar, pertempuran besar pertama dalam sejarah Islam yang menjadi bukti nyata pertolongan Allah bagi kaum Muslimin. Dengan jumlah pasukan hanya 313 orang dan perlengkapan seadanya, mereka harus menghadapi 1.000 pasukan Quraisy yang lebih lengkap persenjataannya. 

Namun, dengan strategi Rasulullah SAW, keteguhan hati, serta keyakinan penuh kepada Allah, kaum Muslimin berhasil meraih kemenangan yang luar biasa. Peristiwa ini menunjukkan bahwa keberhasilan tidak hanya bergantung pada jumlah dan kekuatan fisik, tetapi juga pada iman, kebersamaan, dan kepemimpinan yang bijaksana.  

اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ

“(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu Dia mengabulkan(-nya) bagimu (seraya berfirman), “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu berupa seribu malaikat yang datang berturut-turut.” ~ Surat Al Anfal 9

Perang Badar juga menjadi bukti bahwa pertolongan Allah akan datang bagi mereka yang berjuang di jalan-Nya dengan penuh keikhlasan. Dalam Surah Al-Anfal ayat 9-10, Allah mengabadikan peristiwa ini dan menyebutkan bahwa Dia mengirimkan ribuan malaikat untuk membantu pasukan Muslim. 

Dari peristiwa ini, kita belajar bahwa dalam menghadapi kesulitan, tawakal dan usaha sungguh-sungguh akan mendatangkan pertolongan Allah. Perang Badar mengajarkan bahwa keberanian, kesabaran, dan keyakinan kepada Allah adalah kunci dalam menghadapi tantangan hidup.