Puasa yang sempurna adalah puasa yang mencakup seluruh aspek kehidupan seorang Muslim, baik dalam menjaga telinga, mata, lisan, maupun hati dari hal-hal yang diharamkan.
Hari ini, di Masjid Besar Baiturrahman Genteng digelar Sholat Jumat yang diisi kutbah oleh Khatib Ustadz Muwafi. Sementara yang bertugas menjadi bilal adalah Bapak Teguh Hariyadi. Sebelum memasuki waktu kutbah, Ketua Takmir Masjid Besar Baiturrahman Genteng, Bapak Mukhdor Atim menyampaikan pembacaan amal jariyah dari para jamaah/hamba Allah SWT.
Setelah pembacaan selesai, Bapak Teguh yang bertugas sebagai bilal mengumandangkan adzan, kemudian dilanjutkan dengan kutbah dari Ustadz Muwafi. Dan berikut ini beberapa intisari dari apa yang disampaikan oleh beliau.
Rasulullah SAW bersabda:
Hadis ini menjadi pengingat bahwa esensi puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga harus diiringi dengan menahan diri dari perbuatan dosa, seperti berkata kasar, mendengarkan hal yang tidak baik, melihat sesuatu yang diharamkan, dan menjaga hati dari sifat iri, dengki, dan sombong.
Allah SWT berfirman:
Dengan terus mengulang membaca Al-Qur’an, seseorang akan senantiasa berada dalam lindungan dan rahmat Allah, serta semakin dekat dengan-Nya.
Rasulullah SAW bersabda:
Selain itu, meningkatkan kualitas ibadah dengan memperbanyak doa, dzikir, dan memperbaiki niat dalam beramal akan menjadikan Ramadan lebih bermakna dan membawa keberkahan bagi kehidupan seorang Muslim.
Kutbah Sholat Jumat: Hakikat Puasa Yang Sesungguhnya
![]() |
Bapak Mukhdor sedang membacakan nama-nama amal jariyah dari para jamaah/hamba Allah SWT |
![]() |
Pak Teguh menjalankan tugasnya sebagai bilal |
Setelah pembacaan selesai, Bapak Teguh yang bertugas sebagai bilal mengumandangkan adzan, kemudian dilanjutkan dengan kutbah dari Ustadz Muwafi. Dan berikut ini beberapa intisari dari apa yang disampaikan oleh beliau.
Puasa Bukan Sekadar Menahan Makan dan Minum
![]() |
Ustadz Muwafi menyampaikan Kutbah Jumat yang bertepatan dengan Jumat ke-2 Ramadan 1446 H, 14 Maret 2025 |
"Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Hadis ini menjadi pengingat bahwa esensi puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga harus diiringi dengan menahan diri dari perbuatan dosa, seperti berkata kasar, mendengarkan hal yang tidak baik, melihat sesuatu yang diharamkan, dan menjaga hati dari sifat iri, dengki, dan sombong.
Puasa Telinga, Mata, dan Lisan
Puasa telinga berarti tidak mendengar hal-hal yang sia-sia, gosip, atau perkataan yang bisa menjerumuskan ke dalam dosa. Puasa mata berarti menjaga pandangan dari hal-hal yang dilarang, seperti melihat sesuatu yang bisa membangkitkan syahwat atau menimbulkan iri hati. Sedangkan puasa lisan adalah menahan diri dari berbicara dusta, ghibah (menggunjing), dan kata-kata yang menyakiti orang lain.Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al-Isra: 36)
Era sosial media membuat kita sering kali terjebak dalam ghibah yang tidak terencana. Hanya karena apa yang kita komentari tidak menggunakan mulut (tetapi menggunakan jari), bukan berarti hal tersebut aman dari potensi berbuat dosa. Apalagi menjamurnya Cancel Culture, membuat kita berduyun-duyun membahas suatu kasus dari pesohor yang beruntun. Tanpa kita sadari kita telah meramaikan acara ghibah secara virtual.
Menghindari Keburukan dengan Menyibukkan Diri dalam Kebaikan
Salah satu cara terbaik untuk menghindari keburukan atau pun kemaksiatan adalah dengan menyibukkan diri dalam kebaikan. Dengan memprioritaskan amalan baik dan ketakwaan, maka kita akan terhindar dari perbuatan tercela.Syaikhul Islam berkata, “Hawa nafsu asalnya adalah kecintaan jiwa dan kebenciannya. Semata-mata hawa nafsu, yaitu kecintaan dan kebencian yang ada di dalam jiwa tidaklah tercela. Karena terkadang hal itu tidak bisa dikuasai. Namun yang tercela adalah mengikuti hawa nafsu, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِHai Daud! sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allâh. [Shâd/38: 26]
Syaikhul Islam rahimahullah berkata,
“Seseorang yang mengikuti hawa nafsu adalah seseorang yang mengikuti perkataan atau perbuatan yang dia sukai dan menolak perkataan atau perbuatan yang dia benci dengan tanpa dasar petunjuk dari Allâh Azza wa Jalla ” [Majmû’ Fatâwâ, 4/189]
Makna dari kalimat tersebut adalah bahwa seseorang yang mengikuti hawa nafsunya adalah orang yang hanya melakukan sesuatu berdasarkan keinginan pribadinya, bukan berdasarkan petunjuk Allah SWT. Ia cenderung menerima apa yang disukainya dan menolak apa yang tidak disukainya, tanpa mempertimbangkan apakah hal tersebut sesuai dengan ajaran agama atau tidak.
Dalam Islam, tindakan yang didasarkan pada hawa nafsu tanpa bimbingan dari Al-Qur’an dan Sunnah dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kesesatan. Oleh karena itu, seorang Muslim diperintahkan untuk selalu mengendalikan nafsunya dan mengikuti petunjuk Allah serta Rasul-Nya, bukan hanya mengikuti perasaan dan keinginan pribadinya semata.
Pernyataan ini berasal dari Majmû’ Fatâwâ karya Ibnu Taimiyah, yang menegaskan pentingnya menjalankan agama berdasarkan ilmu dan bukan sekadar dorongan hawa nafsu.
Membaca Al-Qur’an, Amalan yang Dicintai Allah SWT
Bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, sehingga memperbanyak membaca, memahami, dan mengamalkannya menjadi amalan yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa siapa pun yang selesai membaca Al-Qur’an, hendaknya mengulanginya kembali dari awal.Imam besar, Syekh Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, dalam kitabnya Riyadhus Shalihin, secara khusus membahas keutamaan membaca Al-Qur’an. Beberapa keutamaannya antara lain:
1. Al-Qur’an Menjadi Syafaat di Hari Kiamat
Salah satu keutamaan membaca Al-Qur’an adalah ia akan menjadi syafaat bagi pembacanya pada hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda:
عن أَبي أُمامَةَ رضي اللَّه عنهُ قال : سمِعتُ رسولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ : « اقْرَؤُا القُرْآنَ فإِنَّهُ يَأْتي يَوْم القيامةِ شَفِيعاً لأصْحابِهِ » رواه مسلمDari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim);
2. Orang yang Mempelajari dan Mengajarkan Al-Qur’an adalah yang Terbaik
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW menyebut bahwa orang terbaik di antara umat Islam adalah mereka yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain:
عن عثمانَ بن عفانَ رضيَ اللَّه عنهُ قال : قالَ رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « خَيركُم مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعلَّمهُ » رواه البخاريDari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi);
3. Orang yang Mahir Membaca Al-Qur’an Akan Bersama Para Malaikat
Bagi mereka yang memiliki kefasihan dalam membaca Al-Qur’an, Allah SWT akan memberikan kedudukan yang tinggi, yakni bersama para malaikat yang mulia:
عن عائشة رضي اللَّه عنها قالتْ : قال رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « الَّذِي يَقرَأُ القُرْآنَ وَهُو ماهِرٌ بِهِ معَ السَّفَرةِ الكرَامِ البررَةِ » متفقٌ عليه .Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim);
4. Orang yang Terbata-Bata Tetap Mendapatkan Dua Pahala
Bagi mereka yang masih kesulitan dalam membaca Al-Qur’an, tidak perlu berkecil hati. Rasulullah SAW memberikan kabar gembira bahwa orang yang bersusah payah dalam membaca Al-Qur’an akan mendapatkan dua pahala:
« وَاٌلَذِي يَقُراٌ القُرانَ وَيَتَتَعتَعُ فِيه وَهُوَ عَلَيهِ شَاقٌ لَه اَجَران » متفقٌ عليهRasulullah bersabda, “Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata lagi berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim);
5. Al-Qur’an Meninggikan Derajat di Sisi Allah
Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa dengan Al-Qur’an, Allah akan mengangkat derajat suatu kaum, dan sebaliknya akan merendahkan kaum yang mengabaikannya:
عن عمرَ بن الخطابِ رضي اللَّه عنهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « إِنَّ اللَّه يرفَعُ بِهذَا الكتاب أَقواماً ويضَعُ بِهِ آخَرين » رَوَاهُ مُسْلِمُDari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya Allah SWT. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim);
6. Ketenangan, Rahmat, dan Perlindungan Malaikat bagi Ahli Al-Qur’an
Dalam hadis lain disebutkan bahwa Allah SWT akan menurunkan ketenangan, mencurahkan rahmat-Nya, dan mengutus malaikat untuk mengelilingi orang-orang yang membaca dan mengkaji Al-Qur’an di rumah-rumah Allah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله : « وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ » رَوَاهُ مُسْلِمُ.Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan mereka dilingkupi rahmat Allah, para malaikat akan mengelilingi mereka dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk-Nya yang berada didekat-Nya (para malaikat).” (HR. Muslim)
7. Mengkhatamkan Al-Qur’an, Amalan yang Paling Dicintai Allah
Selain membaca dan mempelajari Al-Qur’an, menyelesaikan bacaan dari awal hingga akhir dan mengulanginya kembali juga merupakan amalan yang dicintai oleh Allah. Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadisnya:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ : الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ - قَالَ : وَمَا الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ؟ قَالَ الَّذِي يَضْرِبُ مِنْ أَوَّلِ الْقُرْآنِ إِلَى آخِرِهِ كُلَّمَا حَلَّ ارْتَحَلَ .(رواه الترمذي : 2872 – سنن الترمذي - بَاب مَا جَاءَ أَنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ – الجزء : 10 – صفحة : 202)Dari Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi:2872, Sunan Tirmidzi, Bab maa jaa-a annal-Qur’an unzila ‘alaa sab’ati ahruf, juz 10, hal.202)
Dengan terus mengulang membaca Al-Qur’an, seseorang akan senantiasa berada dalam lindungan dan rahmat Allah, serta semakin dekat dengan-Nya.
Memperbanyak Sholat Sunah dan Meningkatkan Kualitas Ibadah
Selain membaca Al-Qur’an, Ustadz Muwafi juga mengajarkan untuk memperbanyak sholat sunah juga sangat dianjurkan selama bulan Ramadan. Sholat Tarawih, sholat Tahajud, dan sholat Dhuha menjadi ladang pahala yang besar.Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang melaksanakan sholat malam di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, meningkatkan kualitas ibadah dengan memperbanyak doa, dzikir, dan memperbaiki niat dalam beramal akan menjadikan Ramadan lebih bermakna dan membawa keberkahan bagi kehidupan seorang Muslim.
Kutbah Ustadz Muwafi ini memberikan pelajaran penting bahwa hakikat puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih diri untuk menahan segala bentuk maksiat. Menjaga telinga, mata, dan lisan dari keburukan, serta membersihkan hati dari penyakitnya, adalah bagian dari puasa yang sempurna.
Agar terhindar dari keburukan, seorang Muslim harus menyibukkan diri dalam kebaikan, khususnya dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an dan melaksanakan sholat sunah, karena itulah amalan yang paling dicintai Allah SWT di bulan Ramadan. Semoga kita semua bisa menjalankan puasa dengan penuh kesempurnaan dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Aamiin.
0 Comments