Senja Ramadan Hari 13: Perkara Yang Timbangannya Berat Di Akhirat

Memasuki hari ke-13 Ramadan, setiap Muslim semakin diingatkan akan pentingnya memperberat timbangan amal baik di akhirat kelak. Ustadz Abdullah, dalam kajian Senja Ramadan kali ini, mengupas beberapa amalan yang memiliki bobot besar di sisi Allah, yang tidak hanya meringankan hisab tetapi juga bisa menjadi penyelamat dari siksa neraka. 

Senja Ramadan Hari 13: Perkara Yang Timbangannya Berat Di Akhirat

Di antara amalan yang beliau sampaikan adalah syahadat, shalat lima waktu, dan dzikir. Ketiga amalan ini tampak sederhana, namun memiliki kedudukan tinggi dalam Islam serta keutamaan yang luar biasa di dunia dan akhirat. Lantas, bagaimana amalan-amalan ini dapat membawa kita menuju keselamatan di hari pembalasan? Mari kita simak pembahasannya lebih lanjut.

Syahadat

Di awali dengan penyampaian makna hadist qudsi, Ustadz Abdullah menyampaikan kuliahnya di Senja Ramadan. Hadist Qudsi adalah sebuah hadist (hikmah atau petunjuk) yang diturunkan pada Rasullulah SAW tanpa perantara Malaikat-Nya. Hikmah ini diturunkan melalui ilham secara langsung atau melalui mimpi pada Rasullulah.

Salah satu dari hadist Qudsi adalah tentang mulianya kalimat syahadat karena mampu menghindarkan manusia dari api neraka. Dari Jabir bin Abdullah, beliau berkata,
 
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ 
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Zikir yang paling utama adalah lailahaillallah dan doa yang paling utama adalah al-hamdulillah.” (HR. Ibnu Majah) i

Kalimat lailahaillallah adalah kunci surga bagi siapa saja yang mengamalkannya dengan benar, sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu. Di hari kiamat, ada seorang laki-laki yang memiliki 99 catatan penuh dengan keburukan. Ia pun mengira bahwa dirinya tidak memiliki satu pun kebaikan. Lalu, Allah berfirman:
 
بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كِفَّةٍ فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ

“Ya, sesungguhnya kamu memiliki beberapa kebaikan di sisi Kami. Sesungguhnya pada hari ini tidak ada lagi kezaliman bagi dirimu.” Maka, dikeluarkanlah untuknya kartu yang bertuliskan, “Lailahaillallah wa anna Muhammadan ‘Abduhu warasuluhu.” Beliau (Rasulullah) bersabda, “Lelaki itu berkata, ‘Wahai Rabbku, apa hubungannya kartu ini dengan buku catatan ini?’ Allah menjawab, ‘Sesungguhnya kamu tidak akan dizhalimi.’ Maka, diletakkanlah catatan-catatan itu di atas satu bagian timbangan, dan kartu di bagian lain dari timbangan, ternyata catatan-catatan itu lebih ringan dan kartu itu lebih berat.” (HR. Ibnu Majah) ii

Bukan hanya itu, dari kajian Ustadz Abdullah kita juga belajar tentang “fida Kubra” atau Dzikir Fida yang kemudian dikenal juga dengan istilah Ataqa. Hanya saja pada Ataqa Kubra, biasanya yang dibaca adalah surat Al Ikhlas hingga 100.000 kali.

Dzikir fida’ atau ‘ataqo adalah amalan yang dipercaya dapat membebaskan diri sendiri maupun orang lain dari siksaan Allah SWT. Dzikir ini bukan sekadar bacaan, tetapi sebuah permohonan ampunan yang dalam, khususnya bagi mereka yang telah meninggal dunia. Diterangkan dalam hadits dari Siti Aisyah:
 
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قاَلَ لاَإِلهَ اِلاَّاللهُ اَحَدَ وَسَبْعِيْنَ اَلْفًا اِشْتَرَى بِهِ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَكَذَا فَعَلَهُ لِغَيْرهِ.(خزينة الاسرا 1884)

Diriwayatkan dari Aisyah ra. Ia berkata; Rasulullah bersabda: barang siapa yang membaca laa ilaaha illah sebanyak tujuh puluh satu ribu maka berarti ia menebus (siksaan) dengan bacaan tersebut dari Allah ‘Azza Wajalla dan begitu juga hal ini bisa dilakukan untuk orang lain. (Khazinah al-Asrar, hal.188) iii

Orang yang mampu membaca Laillahaillallah 100.000 kali maka di hari kiamat nanti ia akan dibangkitkan dengan wajah yang bercahaya. Meski terdengar amalan ringan, ternyata peran Laillahaillallah dalam kehidupan kita luar biasa, salah satunya untuk menyucikan hati kita.

Suatu ketika Rasulullah nampak gelisah karena memikirkan umatnya. Beliau merasa khawatir tentang bagaimana nasib umatnya sehingga Allah mengirimkan Malaikat Jibril untuk menemuinya.

Kemudian Malaikat Jibril mengajak Rasullullah ke sebuah makam di mana atas ijin Allah SWT, Jibril A.S menghidupkan salah satu jenazah yang selama hidupnya rajin mengucap “lailaha illaallah”. Saat jenazah tersebut bangkit dari alam kuburnya, nampak wajahnya yang bercahaya. Setelah itu Malaikat Jibril menghidupkan satu orang lain yang semasa hidupnya tidak pernah mengucap kalimat tauhid, saat itulah si Mayit mengatakan, “alangkah ruginya aku” karena bukan hanya wajahnya yang menghitam (tanpa cahaya) tapi juga seluruh tubuhnya.

Kalimat Lailahaillallah memiliki kekuatan luar biasa dalam kehidupan seorang hamba, tidak hanya sebagai amalan ringan di lisan, tetapi juga sebagai penyucian hati. Di hari kiamat, orang yang rutin mengucapkannya akan dibangkitkan dengan wajah yang bercahaya sebagai tanda kemuliaan.

Kisah Rasulullah ﷺ yang gelisah memikirkan umatnya menggambarkan betapa pentingnya kalimat tauhid ini. Allah SWT kemudian mengutus Malaikat Jibril untuk menunjukkan bukti nyata—seseorang yang semasa hidupnya selalu mengucap Lailahaillallah dibangkitkan dari kuburnya dengan wajah bersinar, sementara yang tidak pernah mengucapkannya menyesali nasibnya dengan tubuh yang gelap tanpa cahaya.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa keistiqamahan dalam mengucapkan Lailahaillallah bukan hanya membawa ketenangan di dunia, tetapi juga menjadi cahaya yang menerangi perjalanan di akhirat.
 

Sholat 5 Waktu

Shalat adalah rukun Islam terpenting setelah dua kalimat syahadat, sekaligus ibadah utama yang mencerminkan keimanan seseorang. Bagi mereka yang benar-benar beriman, shalat bukan sekadar kewajiban dengan ganjaran pahala atau dosa, tetapi juga menjadi sarana menyucikan hati dan menenangkan jiwa.

Kewajiban ini telah ditetapkan langsung oleh Allah SWT pada peristiwa Isra Miraj, menandakan betapa agungnya kedudukannya dalam Islam. Berbeda dengan rukun lainnya, shalat tetap wajib dalam segala kondisi, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran, Hadis, dan Ijmak para ulama.
 
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menjaga shalat, maka shalatnya akan menjadi cahaya dan tanda baginya pada hari kiamat dan barang siapa yang tidak menjaganya, ia tidak akan memperoleh cahaya, tanda dan keselamatan di hari akhirat dan di hari akhirat ia akan bersama Qarun, Fir’un, Haman dan Ubay bin Khalaf”. (HR. Ahmad, ad-Darimi, dan Baihaqy). iv

Orang yang berpaling dari Allah SWT dengan meninggalkan shalat akan menghadapi kesempitan dan kegelapan di alam kubur, seolah-olah berada dalam jurang neraka. Setelah dikuburkan, ia akan didatangi oleh sosok berwajah buruk, berpakaian lusuh, dan berbau busuk, yang kemudian berkata,

"Bersiaplah menghadapi keburukan yang telah dijanjikan kepadamu." Ketika mayit bertanya siapa dia, sosok itu menjawab, "Aku adalah amal burukmu," sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad.

Muadz bin Jabal meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah menasihatinya dengan sabda,
 
"Jangan pernah menyekutukan Allah, meskipun kamu harus dibunuh atau dibakar. Taatilah kedua orang tuamu, bahkan jika mereka menyuruhmu meninggalkan keluarga dan hartamu. Dan jangan sekali-kali meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja, karena siapa yang sengaja meninggalkannya, maka ia tidak lagi berada dalam lindungan Allah." (HR. At-Thabrani).

Shalat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga cerminan keimanan dan jalan menuju ketenangan jiwa. Sebagai ibadah yang diwajibkan langsung oleh Allah dalam peristiwa Isra Miraj, shalat memiliki kedudukan istimewa yang tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi apa pun. Rasulullah SAW menegaskan bahwa menjaga shalat akan menjadi cahaya dan tanda keselamatan di hari kiamat, sementara meninggalkannya justru membawa kegelapan di dunia dan akhirat.

Ancaman bagi mereka yang lalai sangatlah berat, sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadis bahwa orang yang meninggalkan shalat akan mengalami kesempitan dalam kubur dan kehilangan perlindungan Allah. Oleh karena itu, shalat bukan hanya ritual, tetapi sebuah ikatan yang menjaga hubungan seorang hamba dengan Tuhannya, sekaligus benteng dari keburukan dan azab di kehidupan setelah mati.
 

Dzikir Subhanallah Wabihamdihi, Subhanallahil Azhim

Dzikir "Subhanallah Wabihamdihi, Subhanallahil 'Azhim" memiliki makna yang dalam, yaitu memuliakan dan mensucikan Allah SWT dengan segala pujian-Nya serta mengakui keagungan-Nya. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa dua kalimat ini ringan diucapkan oleh lidah, namun berat dalam timbangan amal dan sangat dicintai oleh Allah Yang Maha Penyayang.

Rasulullah SAW bersabda:
 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيْمِ

Artinya: “Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan, dan disukai oleh (Allah) Yang Maha Pengasih, yaitu kalimat subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Azhim (Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung).” (HR. Bukhori).

Keutamaan membaca dzikir ini sangat besar. Salah satunya adalah Allah akan melapangkan rezeki bagi yang rutin melafalkannya, baik rezeki lahir maupun batin. Selain itu, dzikir ini juga dapat menjadi terapi untuk berbagai penyakit, sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa siapa yang membacanya akan diselamatkan dari empat hal: penyakit gila, kusta, buta, dan penyakit kulit lainnya.

Selain manfaat kesehatan, dzikir ini juga memiliki keutamaan spiritual yang besar. Rasulullah SAW bersabda bahwa barang siapa yang mengucapkan "Subhanallah Wabihamdihi" seratus kali dalam sehari, maka dosa-dosanya akan diampuni, meskipun sebanyak buih di lautan.

Dengan berbagai keutamaan tersebut, dzikir "Subhanallah Wabihamdihi, Subhanallahil 'Azhim" seharusnya menjadi amalan rutin bagi setiap Muslim. Selain mudah diucapkan, dzikir ini membawa manfaat besar bagi kehidupan dunia dan akhirat, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Shalat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga menjadi pilar utama yang menghubungkan seorang hamba dengan Tuhannya. Dalam banyak riwayat, shalat disebut sebagai cahaya yang akan menerangi perjalanan seorang mukmin di akhirat, sekaligus menjadi benteng dari perbuatan buruk di dunia.

Ketika seseorang menjaga shalatnya dengan baik, hatinya pun menjadi lebih tenang dan jiwanya terjaga dari godaan yang dapat menjerumuskannya ke dalam dosa. Oleh karena itu, shalat lima waktu bukan hanya rutinitas ibadah, tetapi juga investasi bagi kehidupan setelah mati.

Kesimpulan dari kajian Ustadz Abdullah ini mengingatkan kita bahwa ada amalan-amalan yang memiliki bobot besar di timbangan amal baik kita di akhirat kelak. Syahadat, sebagai kunci utama keimanan, memiliki kekuatan luar biasa dalam menyelamatkan seseorang dari siksa neraka dan menjadikannya bercahaya di hari kiamat.

Dzikir Fida, dengan keistimewaannya, mampu menjadi wasilah bagi seseorang untuk mendapatkan ampunan Allah, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Sementara itu, shalat lima waktu adalah wujud nyata dari ketundukan seorang hamba, yang jika dijaga dengan baik, akan menjadi cahaya dan penyelamatnya dari azab.

Dengan memahami keutamaan tiga amalan ini, sudah sepatutnya kita berusaha untuk mengistiqomahkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kalimat tauhid bukan hanya diucapkan di lisan, tetapi juga harus tertanam dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan.

Dzikir dan doa menjadi pengingat yang menenangkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Sementara itu, shalat menjadi pengingat utama akan tujuan hidup kita sebagai seorang hamba. Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan untuk mengamalkan ketiganya dengan penuh keikhlasan dan istiqamah.

Referensi:

  • i Firdian Ikhwansyah. Kalimat Lailahaillallah: Kalimat Zikir yang Paling Utama, 2024. Diakses pada 14 Maret 2025 darihttps://muslim.or.id/101339-kalimat-laa-ilaaha-illallahu-kalimat-dzikir-yang-paling-utama.html
  • ii Firdian Ikhwansyah. (idem)
  • iii Muhamad Anas Bukhori Zubaidi. Ataqoh Shughro dan Kubro. 2024. Diakses pada 14 Maret 2025 dari https://kepri.nu.or.id/keislaman/ataqoh-shughro-dan-kubro-NitDl
  • ivTgk Ali Akbar. Ancaman Bagi Orang yang Meninggalkan Shalat, 2013. Diakses pada 14 Maret 2025 dari https://aceh.tribunnews.com/2013/05/24/ancaman-bagi-orang-yang-meninggalkan-shalat.
  • Ustadz Abdullah Di Masjid Besar Baiturrahman Genteng