Senja Ramadan 2025 Hari 15: Keutamaan Ilmu dan Amal Saleh

Ramadan adalah bulan penuh berkah, di mana setiap amal baik dilipatgandakan pahalanya. Pada kajian Senja Ramadan di hari ke-15, Ustadz Achmad Zubaidi menyampaikan berbagai pesan penting tentang bagaimana seharusnya seorang muslim menjalani bulan suci ini dengan penuh kesadaran dan syukur. 

Senja Ramadan 2025 Hari 15: Keutamaan Ilmu dan Amal Saleh

Dalam kajian tersebut, beliau mengingatkan bahwa setiap nikmat yang Allah SWT berikan, sekecil apa pun, wajib disyukuri. Nikmat seperti dapat bernapas dengan lega, menikmati makanan yang halal, dan kesehatan yang baik adalah bentuk kasih sayang Allah yang sering kali dianggap sepele. Padahal, tanpa nikmat-nikmat ini, hidup akan terasa sulit dan penuh kesulitan.

Penuntut Ilmu

Ustadz Achmad Zubaidi sedang mengisi kajian di Senja Ramadan 2025

Selain bersyukur atas nikmat, Ustadz Achmad Zubaidi juga menegaskan bahwa menuntut ilmu memiliki keutamaan yang luar biasa. Seseorang yang melangkahkan kaki dari rumahnya dengan niat menuntut ilmu akan mendapatkan pahala seperti ibadah selama satu tahun penuh. Rasulullah bersabda:

لِاَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ اٰيَةً مِنْ كِتَابِ اللهِ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ

“Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kaki di waktu pagi (maupun petang) kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun”.

Ini menunjukkan bahwa ilmu adalah bagian penting dalam kehidupan seorang muslim. Ilmu tidak hanya membuka wawasan, tetapi juga membimbing dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no. 2699).

Hadis ini mengandung makna yang sangat dalam tentang keutamaan berkumpul dalam majelis ilmu di rumah-rumah Allah, seperti masjid, untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Dari hadis ini, kita bisa memahami beberapa poin penting:  

  • Turunnya Sakinah (ketenangan hati): Orang-orang yang berkumpul untuk mempelajari Al-Qur’an akan diberikan ketenangan jiwa dan hati oleh Allah SWT. Ini menunjukkan bahwa ilmu dan dzikir dapat menghilangkan kegelisahan dan kecemasan dalam kehidupan.  
  • Dilimpahkan Rahmat: Majelis ilmu bukan sekadar tempat berbagi pengetahuan, tetapi juga menjadi sarana turunnya kasih sayang Allah. Mereka yang hadir akan mendapatkan keberkahan dan rahmat dalam hidupnya.  
  • Dilingkupi oleh Malaikat: Allah mengutus malaikat untuk mengelilingi orang-orang yang berkumpul dalam rangka mempelajari Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa mereka berada dalam lingkungan yang diberkahi dan dipenuhi energi positif dari makhluk-makhluk Allah yang suci.  
  • Disebut-sebut oleh Allah di hadapan makhluk mulia-Nya: Ini adalah keutamaan luar biasa. Ketika seorang hamba menghadiri majelis ilmu, Allah menyebut namanya di hadapan para malaikat dan makhluk yang mulia. Ini menunjukkan betapa istimewanya seseorang yang menuntut ilmu dan mendalami kitab-Nya.  

Hadis ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk senantiasa menghadiri kajian keislaman, memperbanyak membaca Al-Qur’an, dan mempelajarinya. Dengan begitu, kehidupan akan lebih diberkahi, hati lebih tentram, dan di akhirat mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Hadist lain yang juga membahas tentang keutamaan ilmu adalah:ukuri 

مَنْ خَرَجَ فِيْ طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَتّٰى يَرْجِعَ. (رواه الترمذى)

“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia pulang kembali.” (HR. Tirmidzi).

Hadis ini menunjukkan keutamaan besar bagi siapa saja yang menuntut ilmu, karena mereka dianggap berada di jalan Allah (fisabilillah) selama perjalanan mencari ilmu hingga kembali.  

  • Menuntut ilmu adalah ibadah yang luar biasa:  Hadis ini menegaskan bahwa orang yang pergi untuk belajar ilmu agama memiliki kedudukan yang tinggi. Allah SWT menggolongkan mereka sebagai pejuang di jalan-Nya, sama seperti orang yang berjihad membela agama.  
  • Ilmu adalah jalan untuk menegakkan agama: Islam tidak hanya ditegakkan dengan kekuatan fisik, tetapi juga dengan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang membimbing manusia agar memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar.  
  • Setiap langkah dalam menuntut ilmu bernilai pahala: Dari saat seseorang keluar dari rumahnya untuk menghadiri majelis ilmu hingga ia kembali, seluruh perjalanannya bernilai ibadah. Bahkan, jika ia meninggal dalam perjalanan tersebut, maka ia wafat dalam keadaan berjihad di jalan Allah.  
  • Motivasi untuk terus belajar: Hadis ini mendorong umat Islam untuk tidak malas dalam mencari ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan. Dengan ilmu, seseorang bisa lebih dekat dengan Allah, memahami kewajiban sebagai hamba, dan menjadi pribadi yang lebih baik. 

Hadis ini mengajarkan bahwa menuntut ilmu bukan hanya tugas, tetapi juga bentuk jihad di jalan Allah. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya terus berusaha mencari ilmu, menghadiri kajian, membaca, dan menggali pengetahuan agar hidupnya lebih bermakna dan mendapat keberkahan dari Allah SWT.

Ibadah Sunah Dan Menjauhi Penghapus Pahala Puasa

Di bulan Ramadan, ibadah wajib seperti shalat lima waktu dan puasa memang menjadi amalan utama, namun ibadah sunah juga memiliki nilai yang sangat besar. Ustadz Achmad Zubaidi menekankan pentingnya menambah ibadah sunah, seperti shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, dan memperbanyak sedekah. Selain itu, menjaga diri dari perbuatan yang dapat menghapus pahala puasa, seperti ghibah, mencaci maki, dan perbuatan sia-sia, juga menjadi bagian dari kesempurnaan ibadah di bulan Ramadan.

Berbohong

Bahasan ini sedikit perlu hati-hati dalam memaknai, karena bagaimana pun kebohongan itu sering kali merusak atau menjadi sumber penderitaan dan kriminal. Nah, tapi menurut Ustadz Achmad Zubaidi, ada jenis kebohongan yang bisa ditoleransi tetapi dalam keadaan tertentu. Contohnya seperti menyenangkan hati seseorang. 

Namun perlu diwaspadai, bila kebohongan ini secara perlahan justru menghancurkan seseorang karena hidup di dalam ilusinya, maka sebaiknya dihentikan atau lebih baik memilih diam. Misalnya saja kebohongan yang sering ditunjukkan oleh perilaku narsistik. Adapun yang diperbolehkan, misalnya: ketika memberikan semangat kepada orang yang sedang dalam kesulitan atau berbicara dengan anak-anak agar mereka merasa lebih bahagia. Namun, tetap harus diingat bahwa kebohongan ini tidak boleh bertujuan merugikan orang lain.

Selain itu, dalam pembahasan lainnya, Ustadz Achmad Zubaidi menjelaskan bahwa menceritakan keburukan seseorang kepada orang lain diperbolehkan dalam keadaan tertentu, seperti ketika mencari nasihat atau solusi. 

Namun, hal ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Orang yang diajak berbicara haruslah orang yang amanah, dapat menjaga rahasia, dan mampu memberikan nasihat yang benar sesuai ajaran Islam. Hal ini bertujuan agar pembicaraan tersebut tidak berubah menjadi ghibah yang justru merugikan diri sendiri dan orang lain.

Kajian ini memberikan banyak pelajaran berharga bagi para jamaah yang hadir. Ramadan bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi momentum untuk memperbaiki diri, meningkatkan ketakwaan, serta memperbanyak ibadah dan amal kebaikan. Setiap detik di bulan ini adalah kesempatan emas yang seharusnya tidak disia-siakan.

Sebagai penutup, Ustadz Achmad Zubaidi mengajak semua jamaah untuk terus meningkatkan ibadah, mensyukuri nikmat sekecil apa pun, dan menjaga lisan dari perkataan yang tidak bermanfaat. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran ini, diharapkan setiap muslim dapat menjalani Ramadan dengan lebih bermakna dan mendapatkan ridha Allah SWT. Semoga setiap langkah yang dilakukan dalam kebaikan menjadi bekal berharga untuk kehidupan dunia dan akhirat. Aamiin.